Jumat, 12 Februari 2016

LGBT : Perspektif Agama vs Akal Pikiran


Akhir-akhir ini marak pemberitaan tentang LGBT ( Lesbian, Gay,Biseksual, Transgender). Disini saya mencoba mengutarakan pendapat saya tentang isu LGBT jika dinilai dari perspektif akal dan agama tentunya sesuai kapasitas saya sebagai orang awan .Sebelumnya kita cari tahu apa itu LGBT. L akronim dari Lesbian adalah hubungan seksualitas antara perempuan dengan perempuan. G akronim dari Gay adalah hubungan seksualitas antara laki-laki dengan laki-laki. B akronim dari Biseksual adalah seseorang yang melakukan hubungan seksualitas seorang laki-laki dengan laki-laki dan juga perempuan sekaligus begitu juga sebaliknya. T adalah Transgender adalah merubah jenis kelamin dari laki-laki menjadi perempuan dan sebaliknya tapi bukan disebabkan karena kelainan misalnya berkelamin ganda ketika lahir atau ketika dalam masa pertumbuhan.

1. LGBT sudut pandang akal pikiran

Ketika kita mengaitkan segala sesuatu keinginan kita dengan akal pikiran, maka kita berhak mendapatkan keinginan itu dan tentunya akan memperjuangkannya.Seperti halnya LGBT dinegeri ini mungkin merupakan kaum minoritas dimana kaum minoritas dinegeri ini identik dengan perlakuan yaaa.. kira-kira kurang demokrasilah ( padahal ya tidak semua kok). Kadang-kadang saya berfikir atas nama HAM keinginan manusia menjadi boleh dan dinilai benar , yaa itu sih sah-sah saja jika kita menilainya dengan akal pikiran. Sesuatu yang dinilai dengan akal pikiran sekalipun kurang benar tetap bisa dilakukan pembenaran dengan cara mencari faktor faktor yang mendukung sebuah pembenaran itu. Seperti halnya ketika kita berprasangka buruk terhadap seseorang, maka kita akan mencari-cari, mengkait-kaitkan sesuatu untuk mendukung pembenaran prasangka kita padahal apa yang kita sangkakan belum tentu benar. Apa salahnya sih LGBT, yang penting mereka baik, berprestasi , tidak korupsi dan tidak mengganggu orang lain mereka juga berhak kok dapetin apa yang orang 'normal' dapetin. Ketika kita mendapati pernyataan seperti itu, spontan logika kita berkata, iya juga apa salahnya sih, kenapa mereka yang mengaku normal mencemaskan keberadaan LGBT ?. Apalagi ketika sesuatu yang dianggap benar itu sudah didukung oleh penelitian ilmiah yang melibatkan teknologi yang menyebutkan LGBT itu bukan penyakit bukan pula penyimpangan hanya masalah orientasi seks saja, pendapat orang-orang berpengaruh yang mengatakan kalau kita melarang LGBT berarti kita melanggar HAM, serta negara maju yang memberikan ruang dan dukungan penuh terhadap LGBT .maka dimana salahnya LGBT ?

2. LGBT sudut pandang agama

Kalau LGBT dikaitkan dengan agama saya yakin agama apapun tidak setuju bahkan melarang LGBT karena itu adalah melanggar kodrat manusia. Tuhan menciptakan manusia berpasang- pasangan, lelaki dengan perempuan dari jenis yang sama artinya manusia dengan manusia, jadi kalaulah ada pasangan selain itu dianggap menyalahi kodrat. Dan ketika seseorang diciptakan sebagai lelaki tapi dengan alasan lebih mempunyai sifat perempuan dengan serta merta melakukan operasi merubah kelaminnya menjadi perempuan, padahal bisa jadi dia belum mencari penyebab kenapa dia mempunyai sifat itu, apakah dari lingkungan, dari pergaulan atau karena sebuah kekecewaan dalam sebuah hubungan. Seseorang boleh melakukan operasi kelamin ketika ada kelainan, misalnya berkelamin ganda ketika lahir atau ketika dalam masa pertumbuhan. Sebelum melakukan operasi tentunya sudah dicek oleh ahli kecenderungan sifatnya sehingga bisa ditentukan jenis kelaminnya. Saat kita dilahirkan kita adalah suci, kita kita tidak tahu nanti menjadi apa, faktor orang tua, faktor lingkunganlah yang menurut saya akhirnya membuat kita memilih agama kita apa, apa yang kita sukai bahkan mungkin orientasi seksualitas. Jadi saya kurang setuju kalau kondisi LGBT itu sudah terjadi sejak lahir atau fitrah dari sana. Agama itu bukan dipahami hanya dengan akal pikiran tapi juga keimanan, ketika kita memahami agama dengan akal pikiran tentu akan terasa berat. Ada banyak hal dalam agama yang diluar jangkauan akal pikiran maka kita bisa memahaminya dengan keimanan yang sudah tertanam dalam hati kita. Untuk masalah agama cukuplah kita mendengarkan kemudian melaksanakan.
Ada suatu riwayat dalam agama Islam, ketika itu ada seorang sahabat ingin melakukan wudhu tapi tanpa harus melepas sepatu yang dipakainya, kemudian Rosulullah menyuruh sahabat mengusap sepatu bagian atasnya dengan air, secara logika atau akal pikiran bagian yang kotor dari sepatu adalah bagian bawah kenapa yang dibasuh malah bagian atasnya ?
Itulah agama, tidak harus sesuai logika dan kita cukup melaksanakan tanpa perlu banyak bicara.

Jadi untuk masalah LGBT saya lebih cenderung berpendapat sesuai dengan keyakinan agama saya walaupun akal pikiran saya bisa berpendapat ya itu sih boleh-boleh saja.
Adapun untuk LGBT saya juga tidak setuju jika mereka diperlakukan tidak manusiawi seperti yang katanya disiksa, ditelanjangi dan perlakuan lain yang tidak sepantasnya. Dan saya berharap mereka mulai berfikiran kalau LGBT itu adalah sesuatu yang menyimpang sesuatu yang menyalahi kodrat suatu penyakit yang harus disembuhkan dan bisa disembuhkan.